Thread Reader
mwv.mystic

mwv.mystic
@mwv_mystic

Nov 25, 2022
67 tweets
Twitter

KEMARIN PAMAN PULANG PART 4 ..sisa kenangan dibalik sebuah kematian.. terinspirasi dari kisah nyata tahun 2013 di Sumatera Barat a thread

Cerita ini adalah part penutup dari kisah Kemarin Paman Pulang. Bagi yang baru bergabung, berikut link untuk membaca part part sebelumnya : Part 1 twitter.com/mwv_mystic/sta…
mwv.mystic

mwv.mystic
@mwv_mystic

"KEMARIN PAMAN PULANG" Terinspirasi dari Kisah Nyata Tahun 2013 di Sumatera Barat a thread
mwv.mystic

mwv.mystic
@mwv_mystic

KEMARIN PAMAN PULANG PART 2 Terinspirasi dari kisah nyata pada tahun 2013 di Sumatera Barat a thread
mwv.mystic

mwv.mystic
@mwv_mystic

KEMARIN PAMAN PULANG PART 3 Berdasarkan kisah nyata pada tahun 2013 di Sumatera Barat a thread
Cerita akan dimulai jam 19.30 malam ini, silakan like dan retweet dulu agar tidak ketinggalan updatenya yaa
Kemarin Paman Pulang Part 4 Cara kematian Ade yg tragis menjadi topik obrolan yg terus dibicarakan masyarakat. Semua orang ingin mendengarnya langsung dari saksi tunggal kejadian, Kutar. Kutar menjadi orang paling dicari untuk menceritakan tragedi yg menimpa keluarga Mardani.
Namun Kutar selalu menolak. Ia hanya mau menceritakannya kepada pihak polisi saat memberikan keterangan mengenai kasus pembunuhan dan kepada keluarga Mardani seandainya diminta. Walaupun ia yakin akan sangat berat bagi Hamidah mendengarkan apa yg ia saksikan sore hari itu.
Dibalik wajah tegarnya, Mardani sebenarnya jadi salah satu orang yang paling terpukul dengan tragedi yang menimpa kedua anak laki lakinya. Terlebih saat ia menguatkan hatinya untuk meminta Kutar menceritakan kembali semuanya dan detail kejadian tewasnya Ade di tangan Salman-
-kepada seluruh anggota keluarga selain Lutfi. “wakatu dihujamannyo pato tu ka dado Ade pak.. maaf bana ambo ndak bisa mambantu Ade.. jujur kaki wak mati raso.. untuak mamakiak sajo ndak talok wak doh.. maaf mambana..”
(waktu kapak itu dihantam ke dada Ade.. maaf saya gabisa bantu Ade pak.. jujur kaki saya mati rasa.. untuk teriak saja saya ga mampu.. saya benar benar mohon maaf..) ujar Kutar sambil merunduk dalam di hadapan keluarga Mardani beberapa waktu lalu.
“jan maraso basalah Tar.. kami mangarati lo keadaanyo.. gakti kok ndak adoh angku, lah maningga surang se Ade di tatangah hutan tu.. justru ambo ka maucapan tarimo kasiah lah mambantu Ade di saat saat tarakhirnyo”
(jangan merasa bersalah Tar.. kami mengerti keadaanya.. Mungkin kalau tidak ada kamu, Ade sudah meninggal sendirian aja di hutan.. justru saya mau bilang terima kasih sudah membantu Ade di saat saat terakhirnya) jawab Mardani.
Berbeda dengan Mardani, Hamidah berkali kali memegangi dadanya setiap kali Kutar menggambarkan apa yang dialami Ade hingga Hamidah datang saat itu. Ia seakan merasakan rasa sakit yang sama yang dirasakan oleh Ade menjelang kematiannya.
Nafas Hamidah sesak dan sesekali meminum air putih dengan tangan yang gemetar. Dewi harus mengusap punggung ibunya agar ia Hamidah merasa lebih tenang.
Dewi sebenarnya juga tidak kuasa, terlebih beberapa hari lagi adalah prediksi hari kelahiran anak keduanya. Miris memang jika mengingat bagaimana Ade dahulu begitu semangat menunggu kelahiran keponakan barunya itu..
namun ia meregang nyawa beberapa hari sebelum sempat bertemu dengan “Lutfi kedua”, nama panggilan Ade untuk calon bayi di dalam perut Dewi kini.
“Bang Kutar.. Dewi minta tolong.. kalau bisa, jaga cerita ini dari Lutfi. Lutfi dekat banget sama Ade.. kami ga ingin Lutfi tertekan kalau tau om kesayangannya udah gaada..” pinta Dewi.
“InsyaAllah saya jaga Wi.. saya gak pernah cerita sedetail ini kecuali saat diperiksa di kantor polisi dan disini.. untuk yg bisa jaga, akan saya jaga sendiri, tapi kalau nanti diluar sana tersebar, saya khawatir itu berasal dari para polisi dan saksi lain dari mulut ke mulut..”
“iya.. kalau ke polisi, bang Ilham atau keluarga kami lainnya, kami biarkan karena mereka berhak tau. Tapi untuk jadi omongan masyarakat umum.. kami rasa kasihan dengan almarhum..” tambah Dewi.
Namun apa daya, banyaknya orang yang datang melihat jenazah Ade saat itu menunjukkan banyaknya orang yang sudah tau dan melihat keadaanya. Hal ini tidak bisa dikandalikan, termasuk beredarnya kabar kurang mengenakan dari beberapa orang..
Lokasi terkaparnya Ade selama beberapa waktu sempat diterpa kabar kemunculan penampakan. Beberapa petani yang lewat di sisi luar hutan, tempat Kutar sebelumnya mencari sapi, mengaku melihat orang misterius yang berputar putar di lokasi Ade dihabisi Salman dahulu..
namun sosok itu tidak seperti berjalan, melainkan melayang..
"jangan dekat dekat ke hutan itu, hantu si Ade masih belum tenang. Ada orang yang diliatin penampakannya sedang melayang layang di hutan itu waktu senja" begitu kurang lebih pesan orang orang di kampung kepada mereka yang belum tau kabar tersebut.
Kabar lainnya bahkan lebih mengerikan lagi. Saat Ade tengah dalam proses dimakamkan, ada sejumlah anak muda yang penasaran dengan lokasi terbunuhnya Ade di dalam hutan.
Mereka mencoba kesana namun dihalang halangi oleh orang orang dewasa. Karena masih penasaran, mereka memutuskan kembali saat hari sudah sore melalui sisi belakang hutan karena melalui jalan depan masih banyak tamu yang melayat.
Para pemuda ini menyusuri jalan setapak dan mengira ngira posisi Ade dihabisi Salman, namun ketika mereka menemukan lokasi tersebut, ada sosok aneh sedang merangkak dan menjilat jilati tanah dengan sisa sisa darah kering Ade.
“HOI! SIA TU!” (HEI! SIAPA DISANA!) teriak salah satu pemuda itu yang seketika membuat sosok itu bergerak dengan posisi merangkak menjauh dari kedua orang itu. Belakangan orang orang berpendapat makhluk itu adalah makhluk ghaib peliharaan seseorang yg mencari makan darah manusia.
Segala isu miring itu coba ditepis Mardani, sisi pengecutnya yang dahulu enggan masuk hutan karena hanya seekor ular kini sudah ia buang jauh jauh. Mardani justru sering menyendiri di dalam hutan.
Ia hanya akan duduk di sekitar lokasi Ade terbunuh dan melihat ke sekelilingnya sambil mengingat ngingat bagaimana kedua anaknya bertarung hari itu. Biasanya Mardani akan pulang jam 4 atau 5 sore, namun hari itu ia entah kenapa ingin berada lebih lama disana.
Ia berjalan melihat hasil pekerjaan Salman dan mendiang Ade yang bekerja keras membukakan hutan untuknya.. Mardani seakan ingin mengucapkan terima kasih pada keduanya.. Namun disisi lain ia juga menyesal.. seandainya Salman dan Ade tidak bekerja membuka hutan ini..
seandainya saja ia mau menerima tawaran untuk diantarkan dengan motor.. mungkin saat ini mereka sedang berkumpul secara lengkap di rumah sambil bercanda dan menikmati masakan Hamidah bersama sama..
Ketika rasa rindunya semakin memuncak, dengan lirih Mardani berbisik.. “payah na apak malapehan ang De.. raso ka pulang jo angku malam beko” (susah sekali melepaskan kamu De.. seakan akan kamu akan pulang malam nanti..) ujar Mardani berbicara sendiri.
Lalu tiba tiba ia mendengar suara seseorang yang merintih.. “sakit pak.. sakit…” Mardani terkesiap. Pandangannya berputar mencari sumber suara yang terdengar menggema itu. Namun suara itu seakan berasal dari setiap celah pepohonan disana.
“sia mangecek tu?? Kalua lah!” (siapa yang berbicara?? Keluar kamu!) teriak Mardani sambil badannya terus berputar mencari asal suara itu ditengah hutan yang kian gelap. “sakik pak.. tolong.. tolong..” “Ade?? Waang tu de??” (Ade?? Kamu itu de??) teriak Mardani lagi.
Namun suara itu seketika hening.. Mardani sempat menunggu suara itu muncul lagi namun tidak ada apapun lagi yang terjadi.. Ia lalu memilih pulang dan menyimpan ini sendirian selama beberpa waktu..
*** Berbeda dengan Mardani yang kembali keberaniannya, hal sebaliknya terjadi pada Hamidah. Keceriaannya hilang dan kini ia banyak termenung di rumah sambil memandangi halaman..
Hamidah selalu merasa Ade masih bersama dengannya di rumah itu. Ia tetap menjaga kebersihan kamar Ade meski sudah tidak ada lagi yang tidur disana. Namun ada satu hal yang sebenarnya mengkhawatirkan dari Hamidah..
Hamidah masih menyimpan baju robek robek dan berbercak darah yang merupakan baju terakhir yang dikenakan Ade. Ia menolak untuk mencucinya dan menyimpannya dengan anger kain di dalam lemari baju Ade di kamarnya.
“Iko tingga baju adiak kau nan lai baun badannyo lai..” (tinggal ini baju adikmu yang masih ada aroma badan dia..) ujar Hamidah saat Dewi mencoba mencegah perbuatan berlebihan ibunya itu. Hingga akhirnya sesuatu yang buruk terjadi..
Saat itu hari masih pagi dan Hamidah tengah sendirian di rumah. Ia hendak menyapu ruang tamu dan melanjutkannya dengan menyapu kamar Ade dan Salman. Saat sedang menyapu ruang tamu, tiba tiba saja Hamidah mendengar suara gaduh dari arah kamar Ade.
Hamidah terdiam sesaat untuk memastikan sumber suara itu.. DUK DUK DUK Suara itu terdengar sekali lagi dan cukup jelas asalnya dari dalam kamar Ade. Hamidah curiga ada kucing atau tikus di dalam sana.
Dengan masih menggenggam sapu, Hamidah masuk dan memeriksa ke sekeliling. Ia memukul mukul sisi kasur, lemari dan tumpukan barang peninggalan Ade agar tikus atau kucing yang bersembunyi itu lari keluar.
Ia sendiri tidak tau darimana persisnya asal suara itu karena saat ia masuk bertepatan dengan berhentinya suara tersebut. Sampai ketika Hamidah sedang menengok ke kolong kasur.. DUK DUK DUK
Suara ketukan itu kembali terdengar dan arahnya dari belakang Hamidah.. lebih tepatnya lagi, suara itu berasal dari dalam lemari baju Ade..
Tanpa pikiran apapun, Hamidah membuka kedua pintu lemari itu dan seketika ia menjerit “ASTAGHFIRULLAH AL ADZIM YA ALLAH!!” Tepat di sisi lemari tempat ia menggantung baju peninggalan Ade, berdiri sosok pocong dengan darah hitam mengalir dari mata dan mulutnya.
Pocong itu menghantam hantamkan kepalanya ke sisi lemari dan mengeluarkan bunyi yang dari tadi Hamidah dengar.. DUK DUK DUK...
Hamidah menjerit sambil menunduk, tangannya refleks memukul ke arah pocong itu menggunakan sapu yang ia pegang. Namun sapu tadi menembus pocong itu dan mengenai bagian bawah lemari.
Saat Hamidah mengangkat kembali kepalanya, sosok itu sudah hilang dan hanya ada baju Ade yang dipenuhi noda kecoklatan bekas darah kering. ***
Meskipun apa yang dialami Hamidah dan Mardani cukup mengerikan, tapi diantara semua anggota keluarga itu, teror terburuk terjadi pada Dewi. Dewi memutuskan untuk tidak menjelaskan tentang kematian Ade kepada Lutfi.
Selain hal tersebut terlalu “dewasa” untuk dipahami Lutfi, ia juga tidak mau Lutfi diterpa trauma dan kesedihan terus menerus karena tau ia tidak akan bisa lagi bertemu dengan om kesayangannya.
Untuk mengelabui Lutfi, Dewi dan anggota keluarga lain sepakat mengatakan bahwa Ade dan Salman pergi bekerja ke tempat jauh dan tidak akan pulang untuk waktu yang lama.
Namun sebagaimana anak kecil, meski sudah disebutkan seperti itu, Lutfi tetap menanyakan kapan om Ade pulang berkali kali. Perhatian Lutfi sedikit teralihkan saat adiknya lahir, kurang lebih seminggu pasca meninggalnya Ade. Persalinan Dewi berlangsung normal dan bayinya sehat.
Anak keduanya itu diberi nama Tomi, dan seketika menjadi “mainan baru” untuk Lutfi. Lutfi begitu perhatian dengan adiknya ini. Pandangannya tidak pernah lepas dari Tomi sepulang sekolah sampai malam hari. Ia akan selalu ada disisi Tomi baik saat tidur maupun saat Tomi sedang-
-menyusu pada Dewi. Lutfi juga menunjukkan sikapnya sebagai abang dengan selalu terjaga paling pertama saat Tomi menangis kala dini hari. Ia begitu sensitif jika mendengar Tomi menangis dan segera men-“cup cup cup”-kan adiknya itu agar tangisnya mereda.
Hingga pada suatu siang, saat sedang berada di sisi Dewi yang tengah menyusui Tomi, Lutfi menyeletuk, “Om Ade pasti seneng banget ketemu Tomi ya bu. Nanti pasti diajakin jalan jalan naik motor juga” ujar Lutfi riang.
Dewi tidak bisa menyembunyikan rasa getir di hatinya. Ia ingin segera mengatakan bahwa Ade tidak akan kembali karena sudah mati, namun ia pasti akan kehilangan keceriaan anak pertamanya ini selama jangka waktu yang lama.
“Iya.. nanti pas om Ade pulang, jangan iri ya kalau yang digendong gendong malah Tomi, bukan abang lagi” canda Dewi dengan menyembunyikan kesedihannya. “ya biarin, yang penting Lutfi tetep diboncengin kalo ke sekolah” jawab Lutfi tanpa melepaskan senyumnya.
Sandiwara “Om Ade pergi kerja” itu terus berlangsung hingga seminggu kemudian. Hingga pada suatu siang sepulang dari sekolah, Lutfi nampak lesu dengan wajah menahan tangis. “bu…” Lutfi menghampiri ibunya dengan mata berkaca kaca. “abang kenapa? Berantem??” tanya Dewi.
“bu.. masa kata temen temen abang, Om Ade sekarang ada di dalem tanah..” ujar Lutfi lesu. “….” Dewi tersentak. Ia lupa bahwa teman teman Lutfi di sekolah mungkin sudah tau kejadian itu dan berbicara apa adanya.
Namun Dewi merasa ini adalah celah untuknya agar bisa memberitau Lutfi nasib omnya saat ini. “kalau om Ade beneran ada di dalam tanah gimana bang?” tanya Dewi. “YA GA MUNGKIN LAH. Orang om lagi pergi kerja sama om Salman!” ujar Lutfi dengan wajah memerah lalu menangis.
Dewi akhirnya mengurungkan niatnya jujur pada Lutfi dan melanjutkan kembali kebohongannya. “nah makanya, mereka gatau aja itu om Ade lagi kerja jauh ya, nanti kalau om Ade pulang bakal diomelin mereka” ujar Dewi yang sedikit memberikan kecerahan di wajah Lutfi.
Dewi berpikir kebohongan ini akan terus ia lakukan setidaknya hingga Lutfi naik kelas nanti, tidak sekarang. Namun sesuatu hal membuat Dewi harus menimbang ulang keputusannya ini..
Sore itu menjelang Maghrib, Kampung Parit diguyur hujan ringan dengan sesekali sambaran petir. Dewi seperti biasa sedang menyusui Tomi di ruang tengah. Disisinya ada Lutfi yang menepuk nepuk paha adiknya sambil menyanyikan lagu anak anak yang ia hapal,
Ia bernyanyi mulai dari cicak di dinding sampai lagu kemarin paman datang. “Kemarin paman datang.. Pamanku, dari desa Dibawakannya rambutan pisang dan sayur mayur segala rupa bercerita paman tentang ternaknya berkembangbiak semua padaku, paman berjanji..”
Tiba tiba saja lagu yang dinyanyikan Lutfi terhenti. Pandangnya terpaku ke arah jendela yang menghadap ke teras rumah lalu ia tiba tiba saja senyum lebar. Dewi memperhatikan gerak gerik Lutfi lalu menanyakan apa yang sedang ia perhatikan.
“BU TUH OM ADE UDAH PULANG!!!” sorak Lutfi sambil berlari ke arah jendela dan menempelkan wajahnya pada kaca lalu tertawa cekikikan seperti sedang dibecandai oleh sesuatu diluar sana...
---batas bersambung--- Kita lanjut lagi besok malam, pada jam yang sama, start 19.30 wib ya Bagi yang mau baca versi ebook lengkapnya, Part 4 sudah tersedia di Karyakarsa. Untuk download bisa klik link ini : karyakarsa.com/Mwvmystic/part… Sampai bertemu lagi besok
mwv.mystic

mwv.mystic

@mwv_mystic
Cerita Horror Based on True Story from Instagram share cerita/bisnis: mwv.story@gmail.com 📌Thread Sejarah-Horror-Tragedi bisa lihat di pinned tweet
Follow on Twitter
Missing some tweets in this thread? Or failed to load images or videos? You can try to .